markettrack.id – Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia. Menurut Worldostats, pada tahun 2025 Indonesia diperkirakan mengonsumsi sekitar 185 kg beras per kapita per tahun.
Tingginya kebutuhan pangan ini menghadirkan tantangan besar bagi ketahanan pangan nasional, terutama dengan sistem produksi padi konvensional masih memberikan dampak lingkungan signifikan.
Pengelolaan air yang belum efisien dan praktik budidaya padi konvensional yang membuat sawah tergenang berkepanjangan berkontribusi pada 10–12% emisi metana global.
Tantangan ini semakin menegaskan kebutuhan untuk mengadopsi sistem pertanian ramah lingkungan. Menjawab tantangan tersebut, berbagai pemangku kepentingan kini mengadopsi pendekatan pertanian berkelanjutan.
Inisiatif ini semakin diperkuat dengan deklarasi komitmen multipihak yang disampaikan dalam International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025, memperluas fondasi bagi implementasi sistem beras berkelanjutan di berbagai wilayah produksi utama.
Komitmen Multipihak: Deklarasi Daerah, Dukungan PLN, dan Arah Kebijakan Nasional
Kabupaten Ngawi menjadi salah satu daerah yang menunjukkan keseriusan dalam mengadopsi pertanian rendah emisi, yang ditegaskan melalui deklarasi komitmen multipihak.
Deklarasi komitmen tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Ngawi, H. Ony Anwar Harsono, S.T., M.H., bersama Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, penggilingan padi kecil dan besar, pelaku usaha kuliner, perusahaan daerah, akademisi, organisasi perempuan, hingga NGO pangan berkelanjutan.
Kabupaten Madiun, Boyolali, Sragen, dan Klaten juga turut menyatakan dukungan, mencerminkan bahwa transformasi pertanian rendah emisi memerlukan keterlibatan lintas wilayah dan lintas sektor.
H. Ony Anwar Harsono, S.T., M.H., Bupati Ngawi, menyampaikan “Komitmen kami terhadap pertanian ramah lingkungan berkelanjutan di Kabupaten Ngawi sudah berjalan tiga tahun dan menunjukkan hasil yang sangat positif. Input pertanian menurun sehingga lebih efisien, Nilai Tukar Petani stabil di angka 125–130, dan indeks pertanaman meningkat dari 1,88 menjadi 2,88.”
Ia menambahkan, “Hal ini mengantarkan Kabupaten Ngawi menjadi daerah dengan produktivitas padi tertinggi nasional selama tiga tahun berturut-turut. Dengan dukungan pemerintah pusat, daerah, dan seluruh pemangku kepentingan, kami optimis ketahanan pangan dapat bergerak menuju kedaulatan pangan yang benar-benar menyejahterakan masyarakat.”
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, PLN mengumumkan dukungannya terhadap transisi energi di sektor penggilingan padi melalui penyediaan solusi listrik yang lebih efisien dan rendah emisi.
Salah satu bentuk dukungan diwujudkan melalui penyerahan mesin dinamo kepada penggilingan padi kecil dalam proyek Low Carbon Rice, dengan nilai dukungan mencapai Rp200.000.000 (Dua Ratus Juta Rupiah), sebagai langkah awal percepatan migrasi dari mesin diesel menuju teknologi berbasis listrik yang lebih rendah emisi.
Pada kesempatan yang sama, PLN dan PERPADI juga menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kolaborasi dalam modernisasi penggilingan padi berbasis listrik.
Dukungan sektor energi ini turut memperkuat upaya modernisasi di hilir rantai produksi padi, memastikan bahwa transisi menuju teknologi bersih tidak hanya terjadi di tingkat budidaya, tetapi juga di tahap pascapanen yang memegang peran penting dalam efisiensi dan kualitas beras nasional.
Transofrmasi sistem beras ini juga perlu berjalan serempak dari hulu ke hilir, dan membutuhkan dukungan kebijakan di tingkat nasional.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, M.S., menegaskan, “Transformasi sistem beras merupakan bagian tak terpisahkan dari agenda pembangunan nasional. Mulai dari revitalisasi pangan lokal hingga penguatan cadangan beras dan sistem pascapanen demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.”
“Transformasi ini bukan hanya agenda pertanian, tetapi juga agenda kesehatan, iklim, ketahanan ekonomi, dan keadilan sosial. Praktik keberlanjutan yang telah terbukti efektif di lapangan diharapkan dapat terintegrasi ke dalam kebijakan nasional untuk memperkuat pertanian yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim,” tambahnya
Implementasi di Lapangan dan Arah Percepatan Transformasi
Hingga tahun ini, praktik beras berkelanjutan telah diperkenalkan dan diterapkan di lima kabupaten, meliputi Ngawi, Madiun, Boyolali, Sragen, dan Klaten.
Sebagian besar lahan tersebut mulai menunjukkan pengurangan penggunaan pupuk dan pestisida kimia, penerapan teknik pertanian ramah lingkungan, hingga transisi menuju sistem pertanian yang lebih berkelanjutan di beberapa wilayah.
Capaian ini menggambarkan adanya peningkatan kesadaran bahwa keberlanjutan bukan lagi opsi tambahan, melainkan strategi utama ketahanan pangan nasional.
Lebih lanjut, Indonesia perlu memastikan bahwa capaian ini berkelanjutan dalam jangka panjang, terutama untuk mengantisipasi risiko krisis pangan dalam 10–15 tahun mendatang yang dipicu perubahan iklim, degradasi sumber daya, dan stagnasi produktivitas.
Pendekatan sistem beras rendah emisi memberikan peluang untuk mencapai keseimbangan antara produktivitas, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan petani, sehingga transformasi ini memerlukan sinergi menyeluruh dari seluruh pemangku kepentingan.
Sebagai lembaga yang mendampingi implementasi Low Carbon Rice Project di berbagai daerah, Preferred by Nature melihat penguatan kolaborasi ini sebagai modal penting untuk mempercepat transformasi.
Peter Feilberg, Direktur Eksekutif Preferred by Nature, menyampaikan “Komitmen yang ditunjukkan hari ini mencerminkan keberanian berbagai pemangku kepentingan untuk mengambil langkah nyata menuju sistem beras yang lebih bertanggung jawab.”
“Kami mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang terus menguat dan menjadi fondasi penting dalam mempercepat transisi menuju praktik rendah emisi yang bermanfaat bagi lingkungan dan kesejahteraan petani,” tutupnya
Momentum kolaborasi yang terbangun dalam ISRF 2025 menegaskan bahwa transformasi sistem pangan Indonesia bergerak ke arah yang lebih terstruktur dan inklusif.
Dengan dukungan kebijakan, teknologi, dan kemitraan multipihak, penerapan beras berkelanjutan semakin siap diperluas untuk memperkuat ketahanan pangan jangka panjang sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
SF-Admin


