Hadirnya sejumlah emiten energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi angin segar bagi percepatan transisi energi bersih di indonesia.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyebutkan EBT memiliki potensi yang sangat besar karena memiliki kapasitas mumpuni. Namun sayang, hal tersebut masih belum dapat dimaksimalkan.

Di sisi lain, saat ini pelaku ekonomi global dan nasional semakin mendukung penerapan energi ramah lingkungan untuk mendukung mendorong terwujudnya percepatan transisi energi bersih di dalam negeri maupun global.

“Perkembangan ekonomi semua berbicara tentang masa depan, di mana mobil listrik, ekonomi digital, dan EBT ini masuk ke kategori futuristik. PGEO (Pertamina Geothermal Energy) adalah perusahaan pertama dan satu-satunya yang masuk ke dalam bursa karbon domestik,” ujar Myrdal.

Menurut Myrdal, PGEO memiliki rekam jejak cukup baik sebagai pemain utama dalam hilirisasi EBT. PGEO dinilai makin berkembang berkat dukungan pemerintah dan berbagai stakeholder.

“Prospeknya akan bagus. Saya lihat performa PGEO baik dari segi pasar, tanpa harus ada marketing yang berlebihan. Sebagai pemain lama tetapi baru IPO, wajar kalau BREN sedang mencari harga keseimbangan baru,” ungkapnya.

Myrdal melihat PGEO akan terus berkembang seiring ekspansi bisnis yang dilakukan, yang tentunya memerlukan pendanaan untuk mendorong bisnis.

Kemudian, PGEO dinilai cukup baik dari segi keuangan dan kapitalisasi pasar. Utang perseroan pun mayoritas berjangka panjang dan dalam status aman. Selain itu, PGEO telah melakukan penerbitan obligasi berwawasan hijau (green bond) pada April lalu.

“Ke depan ekspansi PGEO akan semakin baik. Terlebih PGEO memiliki fundamental yang kuat, karena di bawah bendera pemerintah. Kalau disuruh memilih dari segi keamanan dan kenyamanan, ya saya pilih PGEO,” tutup Myrdal.

SF-Admin