PT Freeport Indonesia (PTFI) belum lama ini memecahkan rekor dunia yang tercatat dalam Guinness World Records (GWR) untuk: Bendera terbesar yang dibentangkan di atas gunung (Largest flag unfurled on a mountain), yakni bendera Merah Putih berukuran 3.431,25 meter persegi (m²) pada ketinggian 4.285 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Momen ini menjadi simbol semangat kemerdekaan yang membanggakan bagi Indonesia. Perjuangan di balik layar untuk pemasangan bendera terbesar ini menyimpan cerita yang tak kalah menarik. Berikut fakta-fakta tentang upaya PTFI membentangkan bendera yang berhasil memecahkan rekor dunia:
Hadiah untuk HUT Kemerdekaan ke-78 Indonesia
Bermula dari inisiatif untuk memberi hadiah yang menjadi persembahan PTFI di Hari Ulang Tahun ke-78 RI, panitia HUT Kemerdekaan RI PTFI mengajukan ide untuk memecahkan rekor dunia dengan membuat bendera Merah Putih terbesar yang dibentangkan di gunung.
Ide ini mendapat sambutan baik dari manajemen PTFI dan segera dieksekusi agar dapat selesai tepat pada perayaan HUT Kemerdekaan ke-78 RI.
Kualifikasi standar yang tinggi untuk meraih rekor dunia
Untuk dapat mencapai rekor dunia, PTFI harus memenuhi kualifikasi yang tinggi mulai dari proses pembuatan hingga selesainya pembentangan bendera. Untuk itu PTFI melibatkan beberapa pihak pendukung, salah satunya adalah tim surveyor independen yang memiliki sertifikasi teknik dengan alat ukur yang telah terkalibrasi.
Alat ukur yang diperlukan terdiri dari dua macam, yaitu Total Station untuk mengukur luas bendera dan GPS handheld untuk mengukur ketinggian lokasi pembentangan. Selain itu, sesuai persyaratan GWR, keseluruhan proses ini harus disaksikan oleh dua orang saksi independen.
Hasil pengukuran, pembentangan, bukti tertulis, dokumentasi, proses administrasi dan semua sertifikat yang berkaitan harus disusun secara lengkap, serta dikirim ke tim penilai GWR selambatnya pada 14 Agustus 2023.
Penjahitan bendera dengan berat hampir satu ton
Dalam proses pembuatan bendera Merah Putih raksasa, PTFI melibatkan sebuah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) CauClothing. Penjahitan bendera berbahan taslan dengan berat hampir satu ton tersebut dilakukan oleh 10 orang penjahit dalam waktu 10 hari, dengan menggunakan 17 rol kain merah dan 17 rol kain putih.
Pengukuran bendera gagal di hari pertama
Pengukuran bendera raksasa yang dijadwalkan pada 9 Agustus 2023 ini nyatanya memiliki tantangan tersendiri. Luasan yang besar membuat pengukuran tidak dapat dilakukan secara manual. Sempat gagal di hari pertama karena sudah terlalu malam dan faktor cuaca tidak memungkinkan, tim surveyor harus mengulang proses pengukuran keesokan harinya.
Hal ini tentu berpengaruh pada keseluruhan jadwal sehingga beberapa koordinasi pun harus dilakukan untuk menyesuaikan estimasi pengiriman dan instalasi. Pada akhirnya, hasil akhir pengukuran menetapkan bendera Merah Putih raksasa tersebut memiliki luas sebesar 3.431,25 m².
Pengemasan dan pengiriman dengan volume terbatas
Keterbatasan volume kemasan menjadi kendala dalam pengiriman bendera dengan menggunakan kargo pesawat. Bendera dengan luas dan berat yang masif tersebut harus dapat dikemas dalam kotak kayu berukuran 1,93 x 1,65 x 1,24 m3. Untuk itu, bendera tersebut disusun menjadi satu untaian panjang dengan tujuan memudahkan proses pengemasan.
Sekitar 50 orang turut membantu mengangkat bendera dan memasukkannya ke dalam kotak. Setiap beberapa bagian masuk, permukaan bendera kembali diratakan untuk mengeluarkan udara yang terperangkap di dalam kotak dan menghemat sisa tempat yang tersedia. Demikian seterusnya hingga bendera dapat masuk seluruhnya ke dalam kotak tersebut.
Selanjutnya, kotak tersebut diantar ke bandara Halim Perdanakusuma untuk dikirim ke Tembagapura. Setibanya di sana, tim PTFI telah siap untuk melakukan penjemputan dan langsung membawa bendera tersebut ke tambang terbuka Grasberg.
Lokasi pembentangan bendera yang menantang
Puncak Grasberg merupakan lokasi yang menjadi saksi bisu pemecahan rekor dunia pembentangan bendera terbesar di atas gunung oleh PTFI. Area tambang terbuka Grasberg yang dioperasikan PTFI sejak tahun 1991 hingga tahun 2020, saat ini sedang dalam proses reklamasi setelah penambangannya selesai.
Selama beroperasi, tambang terbuka Grasberg telah menghasilkan hampir 2,5 miliar ton konsentrat, sehingga tidak hanya memberikan manfaat bagi Papua dan Indonesia, tetapi juga menjadikan PTFI sebagai perusahaan tambang kelas dunia. Saat ini PTFI mengoperasikan tambang bawah tanah yang masih berada di kawasan Grasberg.
Berada pada ketinggian 4.285 mdpl, Grasberg merupakan salah satu area dengan curah hujan tertinggi di dunia, yakni 200 inci per tahun. Kondisi geografis ini membuat cuaca Grasberg dingin diselimuti kabut dan didominasi oleh hujan di sepanjang tahun. Tidak dapat dipungkiri, hal ini turut menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan proyek ini.
“Beberapa tantangan sudah kita identifikasi melalui analisis yang kita lakukan, di sini tantangan terberat adalah ketinggian,” ungkap Underground Mine Engineering Manager PTFI Birat Setyoko.
Keselamatan menjadi prioritas utama
Disebabkan lokasi yang cukup menantang, maka keselamatan menjadi prioritas saat proses persiapan dan pembentangan bendera di puncak Grasberg. PTFI memastikan bahwa kesehatan para karyawan PTFI dan pihak ketiga yang berpartisipasi dalam proyek ini berada dalam kondisi prima dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum naik ke puncak Grasberg.
Pemeriksaan ini dilakukan mengingat lapisan oksigen di Puncak Grasberg yang tipis. Selain itu, fasilitas dan tenaga kesehatan di puncak Grasberg juga telah disiapkan selama proses persiapan hingga acara berlangsung. VP of Mining Safety Division PTFI Eman Widijanto menyampaikan upaya tersebut dilakukan agar semua aspek dapat berjalan lancar dan aman.
“Kami mengerjakan proyek ini di dataran tinggi. Di samping aklimatisasi yang penting untuk para pekerja, terutama yang baru dan pertama kali membantu, penilaian risiko sebelum melakukan pekerjaan juga menjadi hal mendasar yang kami lakukan,” ujar Eman.
Jahitan bendera lepas saat pertama kali dibentangkan
Perjuangan pengiriman bendera dilanjutkan dengan pembentangan bendera. Persiapan untuk pembentangan ini dimulai dengan proses instalasi dan pemasangan sling, yang dilakukan secara paralel dengan proses penjahitan bendera.
Konstruksi sling diperlukan untuk mengatasi kontur lereng yang tidak lurus. Terdapat 10 jalur sling yang terbagi dalam 3 lapisan mulai dari dasar lereng hingga puncak Grasberg.
Proses persiapan konstruksi ini juga didukung oleh ketua panitia dan para teknisi sebagai pemantau dan pemberi instruksi. Berpacu dengan waktu dan kondisi cuaca, proses pembentangan bendera ini dimulai pada tanggal 14 Agustus 2023 jam 10 pagi WIT.
Sebelum terbentang secara sempurna di puncak Grasberg, beberapa jahitan pada bendera Merah Putih sempat terlepas. Hal ini membuat instalasi sempat terhenti beberapa kali, untuk merapikan kembali jahitan pada bagian tersebut.
Demi meminimalkan risiko lepasnya jahitan, tim lapangan PTFI memutuskan untuk menarik sling tersebut secara manual, tanpa menggunakan alat berat. Kerja sama yang kompak dan usaha ekstra dikerahkan agar bendera dapat diangkat secara merata di setiap titik pemasangan.
Usaha pembentangan sempat terhenti karena cuaca ekstrem
Hujan deras dan kabut tebal menjadi kendala lain yang membuat pembentangan bendera harus ditunda selama kurang lebih 1 jam.
Suhu udara turun drastis, dari yang biasanya sekitar 8-9 derajat menjadi hampir 1 derajat celcius. Namun hal ini tidak membuat tekad panitia menjadi urung. Target untuk menyelesaikan proses pembentangan tetap diusahakan secara maksimal.
Menjelang pukul 13.00 WIT, kondisi cuaca mulai membaik. Panitia dan seluruh tim lapangan langsung terjun kembali untuk melanjutkan proses yang tertunda. Tepat di jam 14.25 WIT, bendera Merah Putih raksasa berhasil terbentang di puncak Grasberg.
Seluruh tim yang bertugas dengan sigap merapatkan barisan dan memberi hormat kepada Sang Saka Merah Putih. Rasa haru dan bangga tersirat pada raut wajah semua orang yang berada di puncak Grasberg saat itu.
Pembentangan bendera Merah Putih di area tertinggi Indonesia ini menjadi wujud nyata dari semangat persatuan dan nasionalisme PTFI, sebagai bagian dari negara Republik Indonesia yang berdaulat.
Kolaborasi pemasangan bendera berlandaskan semangat ‘KITA SATU’
Sekitar 350 orang berpartisipasi dalam proyek ini yang terdiri dari karyawan PTFI dan dibantu oleh pihak ketiga. Karyawan PTFI yang terlibat berasal dari berbagai divisi, seperti operations maintenance, mining safety, dan berbagai divisi lainnya. Kerja sama ini dilakukan sebagaiperwujudan semangat ‘KITA SATU’, tema perayaan HUT ke-78 RI yang PTFI usung tahun ini.
Kepala Teknik Tambang PTFI Carl Tauran menekankan kerja keras yang dilakukan semua pihak memegang peran penting dalam keberhasilan proyek ini, “Kami ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada panitia dan semua pihak yang telah terlibat dalam persiapan acara ini. Keberhasilan pelaksanaan acara ini adalah hasil kolaborasi yang luar biasa antara semua individu yang telah bekerja sebagai tim yang solid demi kemajuan bersama. Semua usaha ini sejalan dengan tema kami, ‘KITA SATU’. Kami berharap PTFI dapat ‘Terus Melaju untuk Indonesia Maju’.”
SF-Admin