Saat kita membicarakan pembayaran instan, tentunya akan membahas metode pembayaran yang menghubungkan dan menarik uang langsung dari rekening bank pemberi ke penerima, secara real time.
Pembayaran real-time, atau pembayaran instan, akan terus berkembang di seluruh dunia selama bertahun-tahun ke depan, dan diprediksi pada 2030 nilai transaksi akan mencapai USD$376 miliar.
Sebanyak 80% dari pasar-pasar yang sedang berkembang perlu menemukan metode pembayaran alternatif, untuk memastikan konsumennya dapat membayar dan menerima pembayaran secara lokal, aman, dan cepat.
Selaku Global Communications Manager, Paula Villamarin menjelaskan, “Bagi perusahaan global, pasar di negara berkembang merupakan kesempatan besar untuk mengembangkan bisnis, terutama untuk bisnis yang kenoksi dengan digital. dLocal berfokus pada pasar seperti berkembang ini.”
Ia menambahkan, “Pasar di negara berkembang menawarkan peluang pertumbuhan besar untuk bisnis digital, dimana aka nada 109juta orang di seluruh dunia yang akan menjadi konsumen pada 2024 ini. Sebanyak 70% diantaranya merupakan konsumen baru yang berada di wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Latin.”
“Namun , saat ini hanya 20% dari konsumen di pasar negara berkembang ini yang memiliki akses ke kartu kredit global, sehingga dibutuhkan solusi konkrit untuk mengatasi tantangan ini,” ujar Paula lagi.
Pahami perbedaannya
Awalnya mungkin membingungkan, tetapi dompet digital, mobile money, dan Real-Time Payments (RTP), memiliki perbedaan yang unik, meskipun ketiga metode tersebut secara teknis merupakan pembayaran seluler:
- Dompet digital: Memungkinkan transfer dana instan melalui beberapa rute terkait – dari kode QR, kartu kredit atau debit, dan ketuk untuk membayar menggunakan NFC. Dengan dompet digital ini, dana harus ditransfer ke akun pengguna atau informasi kartu kredit/debit harus diunggah.
- Mobile Money: Hanya berfungsi melalui layanan seluler daripada akses internet, sehingga lebih mudah untuk masyarakat di wilayah yang datanya terlalu mahal atau kurang dapat diakses oleh masyarakat umum.
- RTP atau pembayaran instan: Memungkinkan transfer pembayaran instan dan refleksi dana, rekening ke rekening. RTP juga menggunakan berbagai jalur seperti Kode QR dan aplikasi perbankan. Namun layanan pembayaran instan berbeda dengan dompet digital karena terhubung langsung ke akun yang ada (melalui bank atau identifikasi resmi).
Mengapa dompet digital jadi hal umum di pasar negara berkembang?
Dompet digital digunakan secara global karena cukup sederhana, nyaman, dan lebih cepat daripada sistem perbankan tradisional.
Sebanyak 85% dari populasi global berada di pasar yang sedang berkembang, dan digitalisasi dalam perekonomian mereka memiliki peluang pertumbuhan yang substansial.
Meskipun alasan ini berlaku di negara berkembang juga, namun lebih karena kebutuhan. Jika dilihat datanya, kita bisa mengerti mengapa dompet digital telah membuat pengaruhnya di kawasan seperti Asia.
Korelasi antara besarnya populasi yang tidak mempunyai rekening bank dan penggunaan eWallet sulit untuk diabaikan. Seperti di Filipina, dimana persentase populasi yang tidak memiliki rekening bank sebesar 44% dan penggunaan dompet digital sebesar 33% untuk pembelian eCommerce. Hal ini menjadi persentase terbesar dari metode pembayaran apa pun.
Sumedha Dutta, Country Manager, India, mengatakan, “Bila melihat pada potensi di kawasan APAC, sekitar 60% dari populasi global tidak memiliki rekening bank. Mereka tersebar di China dengan 224 juta orang dan 191 juta orang di India.”
Namun, lanjutnya, Pada 2040 mendatang, Asia yang melebihi 50% PDB dunia, akan mencakup 40% konsumsi global. Asia dan Afrika menjadi pusat pembayaran lintas negara dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 10%-15%.”
Bagaimana dengan Indonesia?
Jumlah penduduk Indonesia sebesar 277 juta jiwa merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan terpadat keempat di dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia tersebar di negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 lebih pulau.
Besarnya populasi dan pesatnya adopsi pembayaran digital menunjukkan bahwa pada tahun 2028, Indonesia akan mengungguli negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam industri eCommerce. Nilai transaksi perdagangan digital diperkirakan mencapai USD$137,2 miliar dengan tingkat pertumbuhan tahunan antara tahun 2024 dan 2028 sebesar 9,53%.
Pada 2020, nilai transaksi eWallets berjumlah USD$28 miliar. Laporan menunjukkan angka ini akan meningkat tiga kali lipat dan mencapai USD$108 miliar pada tahun 2025.
Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2025, satu dari dua orang akan menggunakan dompet digital. Jika bisnis Anda sedang memperluas ke pasar yang sedang berkembang, khususnya Asia Tenggara, dompet digital diperlukan untuk meningkatkan konversi.
Dan data ini mencerminkan metode pembayaran yang paling umum digunakan untuk transaksi online, karena eWallet digunakan untuk 39% dari seluruh transaksi eCommerce.
Dengan satu kode QR, pelanggan dan merchant di Indonesia dapat bertransaksi dari beberapa eWallet menggunakan QRIS. Kode QRIS merupakan kode QR standar nasional untuk memfasilitasi kelancaran transaksi eWallet melalui kode QR di Indonesia.
Dengan kepemilikan rekening bank di Indonesia yang meningkat dari 20% pada tahun 2011 menjadi 52% pada tahun 2021, terdapat peningkatan sebesar 11% dari masyarakat Indonesia yang menggunakan uang tunai untuk pembayaran digital, selanjutnya kartu kredit dan debit menyumbang 9% dan 8%.
Hambatan pasar negara berkembang
Secara regional, permasalahan yang perlu diatasi adalah kurangnya kepercayaan dan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap pembayaran dan perbankan.
Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia pada tahun 2023, banyak masyarakat yang belum mengetahui cara kerja transaksi. Hal ini tercermin dari tingkat literasi keuangan dan digital yang relatif rendah, masing-masing sebesar 49,6% dan 41,5% untuk literasi digital.
Untuk perdagangan digital lintas batas, tantangan bisnis di kawasan ini menjadi lebih menantang. Pada September 2023, pemerintah Indonesia melarang impor produk senilai kurang dari USD$100, yang dibeli melalui platform eCommerce.
Larangan ini muncul seiring dengan adanya peraturan lain yang membatasi semua transaksi eCommerce melalui saluran media sosial. Pemerintah berharap undang-undang ini akan membantu pasar lokal dan usaha kecil dan menengah seacar offline.
Masa depan pembayaran real-time dan interoperable di Indonesia
Pada tahun 2019, Indonesia menetapkan Cetak Biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025 (BSPI), sebuah visi lima langkah menuju arah dan digitalisasi yang terjadi di Indonesia.
Bagian dari BSPI adalah pembayaran real-time Sistem Pembayaran Cepat Bank Indonesia (BI-FAST), yang diluncurkan pada tahun 2022. Bank Indonesia (BI) mengembangkan BI-FAST untuk menjadikan transaksi ritel lebih mudah, hemat biaya, dan cepat.
Sebagai contoh, meskipun merupakan ekonomi yang sedang berkembang, FinTech India sangat berkembang, diatur dan terkendali dengan baik. Unified Payments Interface (UPI) sedang diperluas di seluruh region, seperti Bank Indonesia Fast Payment System (BI-FAST) dan Proyek Nexus, platform integrasi pembayaran regional untuk enam negara di Asia Tenggara.
Berbicara mengenai transaksi yang lebih mudah, BI dan Otoritas Moneter Singapura (MAS) meluncurkan hubungan pembayaran QR lintas batas antara kedua negara pada November 2023.
Keterhubungan ini memungkinkan pelanggan dari lembaga keuangan yang berpartisipasi untuk melakukan pembayaran ritel lintas batas (interoperable) yang murah menggunakan aplikasi seluler yang ada untuk memindai kode QR QRIS atau NETS.
Pencapaian penting dalam hubungan QR ini merupakan kelanjutan dari Project Nexus yang sedang berlangsung, sebuah platform untuk integrasi pembayaran regional untuk enam negara di Asia Tenggara.
Proyek ini akan menetapkan standar umum dan platform bersama yang dapat dioperasikan bersama, sehingga sistem pembayaran domestik dapat terhubung dengan semua peserta tanpa tautan khusus.
Masa depan pembayaran yang dapat dioperasikan secara interoperable sangat cerah di Indonesia, dengan banyaknya proyek yang sedang berjalan dan sedang dikerjakan. Pastikan untuk terus memantau e-commerce terbesar di Asia Tenggara dan tautkan ke eWallet terpopuler mereka untuk menjadi bagian dari kesuksesan mereka.
SF-Admin