markettrack.id – Sebuah studi terbaru dari perusahaan riset Populix menunjukkan sebuah temuan menarik terkait perilaku konsumen dalam dunia kuliner.
Generasi milenial dan laki-laki ternyata lebih responsif terhadap tren makanan dan minuman kekinian. Temuan ini mengejutkan, mengingat stereotip yang beredar selama ini.
Penelitian ini membedah berbagai faktor yang memicu minat kaum muda dalam mencoba menu-menu baru.
Data yang dikumpulkan menyoroti perbedaan signifikan antara kebiasaan makan laki-laki dan perempuan. Selain itu, temuan juga memaparkan perbedaan antara generasi milenial dan Gen Z.
Laporan yang diberi judul “Millennials & Gen Z Report: Exploring the Hip F&B Phenomenon” merupakan hasil survei terhadap 1.100 responden.
Partisipan berasal dari berbagai latar belakang di seluruh Indonesia. Mayoritas responden adalah pekerja yang tinggal di Pulau Jawa, dengan status ekonomi menengah ke atas.
Harga, Tampilan, dan Rekomendasi Jadi Faktor Penting
Wakil Presiden bidang Riset Populix, Indah Tanip, menjelaskan temuan yang mencolok dari penelitian ini.
Menurutnya, meskipun sering dianggap lebih santai, laki-laki ternyata lebih sigap mencoba tren kuliner baru. Sekitar 14% responden laki-laki mengaku akan mencoba setiap ada tren baru. Sementara itu, 29% lainnya mengaku mengeksplorasi rasa baru setidaknya sebulan sekali.
Sikap ini berbeda dengan perempuan yang cenderung termotivasi oleh tren media sosial. Sekitar 30% responden perempuan mengaku mencoba kuliner baru karena melihatnya di media sosial. Fenomena ini sering disebut sebagai FOMO atau fear of missing out.
Indah menambahkan, perbedaan juga terlihat antar generasi. Milenial lebih tertarik untuk mencoba makanan dan minuman baru. Berbeda dengan Gen Z yang lebih santai. Mereka cenderung hanya mengeksplorasi tren baru sekali dalam beberapa bulan.
Faktor harga menjadi pertimbangan utama bagi milenial. Mereka mengaku terdorong mencoba makanan baru jika harganya terjangkau. Sementara itu, Gen Z lebih tertarik pada kemasan atau tampilan makanan yang menarik.
Faktor lain yang mendorong minat mereka adalah bahan dan rasa yang unik, serta viral di media sosial. Ketersediaan menu di aplikasi pesan antar juga menjadi pertimbangan bagi sebagian responden.
Meskipun rekomendasi dari influencer atau food blogger cukup berpengaruh, kaum muda lebih memercayai rekomendasi dari teman atau keluarga.
Temuan ini menunjukkan bahwa pengalaman pelanggan adalah kunci utama bagi kesuksesan bisnis kuliner. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mendukung pengembangan usaha kuliner di Indonesia.
SF-Admin