markettrack.id – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) generatif menjadi semakin penting bagi operasional bisnis. Hal ini mendorong perusahaan untuk memperbarui infrastruktur mereka yang sudah usang. Sebuah laporan riset terbaru dari IDC untuk Akamai Technologies menyoroti tren ini.

Laporan bertajuk “The Edge Evolution: Powering Success from Core to Edge” mengamati perusahaan di kawasan Asia Pasifik (APAC). Perusahaan-perusahaan ini menyadari bahwa arsitektur cloud terpusat tidak lagi memadai. Arsitektur lama tidak bisa memenuhi tuntutan kecepatan, skala, dan kepatuhan yang terus meningkat.

Bisnis perlu menata ulang strategi infrastruktur mereka agar tetap kompetitif. Mereka harus memasukkan layanan edge untuk memenuhi kepatuhan dan siap menerapkan AI. Pergeseran ini menandai apa yang disebut “Evolusi Edge.”

Menurut IDC Worldwide Edge Spending Guide, belanja untuk layanan cloud publik untuk edge akan tumbuh pesat. Belanja ini diperkirakan akan mencapai $29 miliar pada 2028.

Laporan yang sama memproyeksikan 80% CIO akan beralih ke layanan edge pada 2027. Pergeseran ini untuk memenuhi tuntutan performa dan kepatuhan inferensi AI.

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bagaimana sistem yang terhubung dengan cloud publik bekerja.

Sistem ini menggabungkan fleksibilitas cloud publik dengan performa komputasi edge yang lebih dekat. Hal ini memberikan fleksibilitas yang dibutuhkan bisnis untuk berkembang di masa depan berbasis AI.

Tantangan Infrastruktur AI Saat Ini

Perusahaan di Asia Pasifik mulai merasakan keterbatasan infrastruktur lama. Mereka beralih dari fase eksperimen AI generatif ke fase eksekusi. Saat ini, 31% organisasi di APAC telah menerapkan aplikasi GenAI dalam tahap produksi.

Sebanyak 64% sisanya masih berada pada tahap uji coba. Momentum ini mengungkap beberapa celah serius pada arsitektur cloud yang ada. Beberapa tantangan utamanya adalah kompleksitas multi-cloud dan masalah kepatuhan.

Sebanyak 49% perusahaan kesulitan mengelola lingkungan multi-cloud. Mereka menghadapi inkonsistensi alat dan fragmentasi data. Tantangan lainnya adalah menjaga sistem tetap mutakhir di berbagai platform.

Terkait kepatuhan, 50% dari 1.000 organisasi teratas di APAC akan menghadapi kesulitan. Hal ini disebabkan oleh perubahan regulasi dan standar kepatuhan.

Kenaikan biaya cloud yang tidak terduga juga menjadi tantangan. Sebanyak 24% organisasi mengidentifikasinya sebagai hambatan utama dalam strategi GenAI mereka.

Tantangan lain adalah hambatan performa. Model cloud konvensional menimbulkan latensi yang melemahkan performa aplikasi AI. Hal ini membuat model tersebut tidak cocok untuk beban kerja GenAI skala produksi.

“AI hanya akan sekuat infrastruktur yang menjalankannya. Penelitian IDC ini menunjukkan bagaimana bisnis di Asia Pasifik mengadopsi infrastruktur berbasis edge yang lebih terdistribusi,” kata Parimal Pandya, Senior Vice President, Sales, dan Managing Director, Asia Pasifik di Akamai Technologies

Strategi ini untuk memenuhi kebutuhan performa, keamanan, dan biaya beban kerja AI modern. “Platform edge global Akamai dibangun untuk transformasi tersebut. Ini mendekatkan kekuatan komputasi kepada pengguna, di tempat yang paling dibutuhkan,” tambahnya

Daphne Chung, Research Director di IDC Asia Pasifik, menambahkan bahwa GenAI beralih dari eksperimen ke penerapan. Akibatnya, organisasi meninjau kembali di mana infrastruktur mereka beroperasi.

“Strategi edge tidak lagi teoritis. Strategi ini diterapkan secara aktif untuk memenuhi tuntutan nyata akan kecerdasan, kepatuhan, dan skala,” jelasnya

Temuan Utama di Berbagai Negara APAC

Tiongkok memperluas GenAI dengan dominasi edge dan cloud publik. Sebanyak 37% perusahaan di sana menggunakan GenAI di tahap produksi.

Sementara itu, 96% mengandalkan IaaS cloud publik. Investasi TI edge meningkat untuk mendukung operasional jarak jauh.

Di Jepang, meskipun hanya 38% perusahaan yang menggunakan GenAI di tahap produksi, momentumnya tetap kuat.

Sebanyak 84% perusahaan yakin GenAI akan mengganggu bisnis mereka dalam 18 bulan ke depan. Sebanyak 98% berencana menjalankan beban kerja AI di IaaS cloud publik. Pemanfaatan edge seperti AI, IoT, dan dukungan operasional mendorong pembaruan infrastruktur.

India mengembangkan infrastruktur edge untuk memenuhi permintaan GenAI. Mereka juga ingin mengelola biaya. Sebanyak 82% perusahaan sedang melakukan uji coba GenAI. India sedang membangun kemampuan edge di kota-kota tingkat 2 dan 3.

ASEAN mengadopsi GenAI dengan strategi edge-first. Sebanyak 91% perusahaan di sana memperkirakan gangguan GenAI dalam 18 bulan ke depan.

Sebagian besar mengadopsi IaaS cloud publik. Investasi edge meningkat untuk mendukung operasional jarak jauh dan kontrol data.

Untuk tetap unggul, perusahaan harus memodernisasi infrastruktur. Ini mencakup baik cloud maupun edge. Penting untuk mengamankan data melalui kerangka kerja Zero Trust.

Kepatuhan berkelanjutan juga sangat penting. Memastikan interoperabilitas juga diperlukan untuk menghindari vendor lock-in.

Dengan memanfaatkan mitra ekosistem, bisnis dapat mempercepat penerapan AI. Mereka bisa meningkatkan skala lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih fleksibel.

SF-Admin

Share.
Leave A Reply