TÜV Rheinland Indonesia dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyelenggarakan seminar bertajuk “Securing the Core; Empowering Critical Sector with OT Security”.
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai sektor industri, pemerintah, dan akademisi, serta menampilkan para pemimpin industri dan pakar keamanan siber yang berdiskusi tentang pentingnya pengamanan teknologi operasional (OT) di sektor-sektor kritis yang mendukung infrastruktur vital Indonesia.
Teknologi Operasional (OT) merujuk pada penggunaan hardware dan software untuk menjalankan sistem di berbagai lingkungan industri seperti Industrial Control Systems (ICS), Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), dan Process Control Network (PCN).
Sistem ini memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan sistem IT karena kerentanan terhadap serangan siber yang meningkat.
Seiring dengan berkembangnya digitalisasi di berbagai sektor, ancaman terhadap OT menjadi semakin kompleks, terutama ketika terhubung ke jaringan global yang melibatkan banyak pihak.
Nyoman Susila, Managing Director TÜV Rheinland Indonesia, menyampaikan pentingnya seminar ini sebagai bagian dari upaya bersama dalam meningkatkan kesadaran tentang risiko kejahatan siber di infrastruktur OT, terutama menyusul terbitnya Perpres No. 82 Tahun 2022 tentang Perlindungan Infrastruktur Informasi Vital (IIV).
“Tujuan dari seminar ini adalah untuk memberikan sosialisasi terkait regulasi yang telah diterbitkan dalam Perpres No. 82 Tahun 2022, serta meningkatkan kesadaran akan tingginya potensi serangan siber pada infrastruktur OT. Kami ingin memberikan informasi terkait apa itu keamanan teknologi operasional, risiko yang dihadapi, dan strategi untuk memastikan keamanan infrastruktur OT kita,” jelas Nyoman.
Dalam kesempatan yang sama, Y.B. Susilo Wibowo, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), mengapresiasi kolaborasi antara TÜV Rheinland dan BSSN dalam seminar ini.
Ia mengatakan, “Program ini merupakan hasil kerja sama antara BSSN dan TÜV Rheinland Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keamanan, khususnya terkait teknologi operasional (OT) yang berperan penting dalam industri.”
“Menurut data Kementerian Keuangan dan Badan Pusat Statistik, sektor industri menyumbang 18,67% terhadap PDB Indonesia pada tahun 2023 dan 26,9% dalam pajak negara. Peningkatan besar dalam sektor ini harus diimbangi dengan keamanan yang memadai untuk teknologi yang berkembang,” ujar Susilo lagi.
Susilo juga menekankan pentingnya penguatan OT di sektor-sektor vital yang ditetapkan dalam Perpres No. 82 Tahun 2022. “Keamanan OT di sektor IIV harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah gangguan yang bisa berdampak luas pada aktivitas dan perekonomian masyarakat.”
Senada dengan itu, Manuel Diez, Global Field Manager I.07 Cyber Security and Functional Safety dari TÜV Rheinland, menjelaskan lebih lanjut mengenai resiko gangguan tersebut.
“Indonesia saat ini menghadapi lebih dari 3.300 serangan siber setiap minggu” ujarnya. Secara global, Manuel menyebut, kerugian akibat kejahatan siber diperkirakan dapat mencapai hingga triliunan dolar AS pada tahun 2026.
Dia juga menekankan bahwa infrastruktur penting, seperti transportasi dan energi, telah menjadi target serangan ransomware yang menuntut tebusan hingga jutaan dolar. “Ini hanya salah satu contoh dari banyaknya ancaman yang mengincar infrastruktur kritis,” tambah Manuel.
Terdiri dari empat sesi diskusi yang mendalam, seminar ini menghadirkan sesi “Regulation and Implementation of Presidential Regulation (Perpres) Number 82 Year 2022 on the Protection of Vital Information Infrastructure” yang dipimpin oleh Nunil Pantjawati, B.Sc, M.E., selaku Direktur Kebijakan Tata Kelola Keamanan Siber dan Sandi, Deputi Bidang Strategi dan Kebijakan Keamanan Siber dan Sandi Negara dan Cahyono Adhifatra, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Industri, Deputi Bidang Keamanan Siber dan Sandi Perekonomian.
Menutup acara Seminar, Nyoman Susila menyatakan TÜV Rheinland Indonesia sesuai dengan tagline ‘we make the world a safer place, today for tomorrow’, bersama dengan tim ahli yang dimiliki, berkomitmen untuk mendukung, dan memberikan jasa pelayanan untuk membangun sistem keamanan siber ini kepada seluruh stakeholder yang membutuhkan keamanan infrastruktur OT.
“Kami siap membantu seluruh pemangku kepentingan, baik dari sisi regulasi maupun penerapan OT Security di industri. Harapan kami adalah melalui acara ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat semakin menyadari pentingnya keamanan OT dan siap menghadapi tantangan di era digital ini,” tutupnya.
SF-Admin